Monjaya Surabaya
Sejarah Singkat Monumen Jalesveva Jayamahe
Lahir atas dasar gagasan bahwa bagaimanapun majunya suatu bangsa hendaknya harus tetap berpijak pada sejarah, dalam artian bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa pahlawannya dibangunlah Monumen Jalesveva Jayamahe.
Pembangunan Monjaya diharapkan dapat menjadi penghargaan dan kenang-kenangan dari generasi penerus yang masih hidup, disamping itu diharapkan juga dapat memberi dorongan untuk meneruskan perjuangan mereka menuju kejayaan Angkatan laut dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia.
Dengan pembangunan monumen ini generasi penerus mencoba merekam langkah-langkah heroik para pendiri dan sesepuh TNI Angkatan Laut dan sekaligus diharapkan dapat mengobarkan semangat perjuangan untuk mengisi kemerdekaan bagi generasi berikutnya.
Dipilihnya areal dermaga Ujung Surabaya sebagai tempat pendirian monumen ini tidak dapat dilepaskan dari keberadaan dermaga itu di Surabaya yang menjadi saksi sejarah atas peristiwa perebutan Kaigun SE 21/24 Butai pada tanggal 3 Oktober 1945 yang ditandai dengan sumpah para Bahariwan Penataran Angkatan Laut (PAL) yaitu “ Saya rela dan ikhlas mengorbankan harta, benda maupun jiwa raga untuk Nusa dan Bangsa
Tahun 1990, setelah diproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia genap berusia 45 tahun. Tongkat estafet perjuangan sepenuhnya telah dialihkan kepada generasi pengisi dan penerus kemerdekaan. Karena itu tahun 1990 dapat dianggap sebagai tonggak dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Diarsiteki oleh Drs. Nyoman Nuarta yang tergabung dalam Nyoman Nuarta Group, pada tahun 1990 Monjaya mulai dibangun dan bertepatan dengan hari Armada RI tanggal 5 Desember 1996 Monjaya Surabaya diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Monumen Jalesveva Jayamahe menggambarkan seorang Perwira Menengah TNI AL berpakaian lengkap tenue PDU-I menatap ke arah laut sebagai wakil generasi penerus dengan penuh keyakinan dan kesungguhan siap menerjang ombak dan menempuh badai menuju arah cita-cita bangsa Indonesia.
Patung dengan tinggi 31 meter tersebut berdiri di atas bangunan setinggi 29 meter. Pada bagian dinding dibuat diorama sejarah kepahlawanan para pejuang bahari/TNI Angkatan laut sejak jaman sebelum revolusi fisik sampai dengan tahun 1990-an. Selain itu, Monjaya juga berfungsi sebagai mercusuar pemandu bagi kapal – kapal yang melintas di laut sekitarnya.
Arti Jalesveva Jayamahe
Jalesveva Jayamahe atau yang seringkali diterjemahkan : "Di Lautan Kita Jaya" adalah Motto atau seruan TNI Angkatan Laut Indonesia.
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia disebutkan, sebenarnya ungkapan ini berasal dari Bahasa Sanskerta; "Jales.eva Jayamahe" dan bisa dianalisa sebagai berikut:
jales.veva terdiri dari dua bagian: jales.u dan eva. Jales.u berasal dari kata dasar jala (maskulinum) yang berarti air dan jales.u adalah bentuk pluralis, lokativus dan secara harafiah bisa diterjemahkan sebagai: "di air-air".
eva adalah sebuah partikel emfatik dan bisa diterjemahkan dengan kata "-lah".
jayamahe, berasal dari kata kerja (verbum), ji, yang dikonjugasi menurut waktu presens, persona ketiga pluaralis dalam modus indikatif dan secara harafiah bisa diterjemahkan sebagai: "kita berjaya".
Jadi kalimat ini secara harfiah artinya adalah: "Di air-airlah kita berjaya!"